Selasa, 17 April 2012

TEORI KEPEMIMPINAN

MODEL KONTIJENSI KEPEMIMPINAN
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan fariabel-fariabel situasional.
Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan watak atau tingkah laku dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Fiedler (1967) beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan sesuai situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiganya ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:
a.       Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti petunjuk pemimpin.
b.      Struktur tugas yaitu sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
c.       Kekuatan posisi, yaitu sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat.
Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variable situasional.
Contoh  : Model Kepemimpinan Kontijensi
Pekerja kerah biru pada umumnya ingin tahu persis apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, lingkungan kerja mereka biasanya sangat terstruktur. Posisi pemimpin kekuasaan yang kuat jika punggung manajemen keputusan mereka. Akhirnya, meskipun pemimpin mungkin tidak berorientasi pada hubungan, hubungan pemimpin-anggota mungkin sangat kuat jika mereka dapat memperoleh promosi dan kenaikan gaji untuk bawahan. Dalam situasi ini gaya berorientasi tugas kepemimpinan lebih disukai di atas (perhatian) gaya berorientasi pada hubungan.

MODEL KEPEMIMPINAN PATH GOAL
Teori path-goal adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada inisiating structure dan consideration serta teori pengharapan motivasi.
Dasar dari teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Istilah path-goal ini datang dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke pencapaian tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran disepanjang jalur yang lebih mudah dengan mengurangi hambatan dan pitfalls.
Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang :
1.      membuat bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif.
2.      menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif
Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Model path-goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
1.      Fungsi Pertama; adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami  bagaimana cara kerja yang diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
2.      Fungsi Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Contoh : Model Kepemimpinan Path-Goal
Pemimpin dalam suatu regu untuk mendaki gunung. Pemimpin yang efektif yaitu di mana pemimpin memberikan arahan serta motivasi agar bawahannya atau anggotanya dapat mencapai ke puncak gunung. Pemimpin bisa memberikan reward ke pada anggotanya agar dapat mencapai tujuan bersama.

MODEL KEPEMIMPNAN VROOM-YETTOM
Model kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama.    Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton membuat beberapa asumsi yaitu :
a.       Model ini harus dapat memberikan kepada para pemimpin, gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi.
b.      Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai dalam segala situasi.
c.       Fokus utama harus dilakukan pada masalah yang akan dihadapi dan situasi dimana masalah ini terjadi.
d.      Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang dipakai dalam situasi yang lain.
e.       Beberapa proses social berpengaruh pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam pemecahan masalah.
Teori vroom dan yetton juga di sebut teori normative karena mengarah pada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya di gunakan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
A-I  : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu.
A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
C-I  : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
Contoh : Model Kepemimpinan Vroom-Yettom
Contoh kepemimpinan yang menggunakan gaya kepemimpinan vroom dan yetton dalam mengambil keputusan adalah ketua Osis. Apabila dalam melaksanakan tugas mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketua Osis selalu meminta pendapat dari bawahannya. Dengan mengadakan rapat Osis di mana setiap anggota berkumpil dan memberikan saran atas msalah yang di hadapi. Contohnya dalam menyelenggarakan hari kemerdekaan, bagaimana acara dapat berjalan dengan lancar serta bagaimana mendapatkan dana untuk menyelenggarakan acara tersebut. Ketua Osis menampung semua pendapat dari bendahara, seksi acara, seksi humas dll.
Dari contoh di atas dapat di ambil kesimpilan bahwa ketua Osis memakai gaya kepemimpinan G-II yaitu pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh semua pihak.

Rabu, 11 April 2012

Perilaku Keorganisasian

KEPEMIMPINAN BERDASARKAN PENDEKATAN PERILAKU DAN CIRI KHAS

Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengeruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mancapai tujuan tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antar pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin, untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi maupun mengkoordinasi.
Dari sisni dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya tebatas kepada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotannya, atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

Model Keemimpinan
Menurtu Plato (427-347) yang dalam bukunya berjudul Republic, membagi tiga gaya kepemimpinan, yaitu :
1.      Filosofer (pemikiran)
2.      Militer (otoriter)
3.      Enterpreneur
Beberapa kepemimpinan yang banyak mempengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang oleh seseorang pada saat orang itu mempengaruhi perilaku orang lain.

Konsep Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan mengnadung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpian yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersiapkan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.

Kesesuaian Perilaku x dan y dengan Gaya Kepemimpian
1.      Teori x
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam teori x maka kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat tercapai adalah gaya kepemimpinan directing, gaya kepemimpinan coaching, dan gaya kepemimpinan otokrasi.
2.      Teori y
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam toeri y maka kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat tercapai adalah gaya kepemimpinan delegating, gaya kepemimpinan participation, dan gaya kepemimpinan kendali bebas.
Macam-macam Pemikiran Gaya Kepemmpinan
1.      Teori Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di dalam setiap kepemimpinan erdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan dan unsur bantuan. Dari unsur tersebur gaya kepemimpinan dapat dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu :
1.      Mengarahkan (dircting)
2.      Melatih (coaching)
3.      Pertisipasi (participation)
4.      Kendali bebas (delegating)
2.      Teori Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3.      Teori Gaya Kepemimpinan Bebas
Pemimpin ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para bawahannya yang secara aktif menentuka tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

 Kendala yang Dihadapi Seorang Pemimpin :
Berikut beberapa alasan mengapa seorang pemimpin menjadi gagal di dalam kepemimpinan nya menurut Richard Denny :
a.       Ketidakmampuan untuk mengatur secara detail, mengakui bahwa dirinya memiliki ketidak mampuan untuk melakukan pekerjaan secara efektif
b.      Keengganan untuk melakukan apa yang mereka akan meminta yang lain untuk melakukannya, ketika kesempatan tuntutan Harapan membayar untuk apa yang mereka tahu bukan apa yang mereka lakukan
c.       Takut adanya persaingan dari orang lain, berusaha untuk menahan orang di bawahnya daripada membangun mereka untuk maju.
d.      Kurangnya berpikir kreatif dalam menetapkan tujuan dan membuat rencana
e.       "Aku" sindrom - mengklaim semua penghargaan untuk prestasi nya sendiri
f.       Egois, mementingkan akan kepentingannya sendiri.
g.      Ketidaksetiaan kepada rekan-rekan, yang mengakibatkan hilangnya rasa hormat
h.      Penekanan pada 'otoritas kepemimpinan', memimpin dengan menanamkan rasa takut, bukan mendorong
i.        Lebih melihat orang berdasarkan dari gelar seseorang, bukan pada keahlian atau kecakapan yang dimiliki oleh orang itu
j.        Kurangnya pemahaman dari efek merusak dari lingkungan yang negatif yang diterapkan oleh nya sebagai seorang pemimpin
k.      Selalu  berpikiran negatif kepada orang lain, kurangnya pemikiran yang positif  dan penerimaan akan kekurangan/kesalahan orang lain.

Veithzal (2004: ) merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu  :
a.       Kecerdasan; pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin,
b.      Kedewasaan ; pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial,
c.       Motivasi diri dan dorongan berprestasi; pemimpin cenderung mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi,
d.      Sikap hubungan kemanusiaan ; pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan bawahan.